Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dianggap bisa mengubah peta politik di Indonesia karena kekuatannya yang sangat berpengaruh.
Namun kekuatan Ganjar Pranowo untuk mengubah peta politik di Indonesia ini harus dengan syarat khusus yakni tidak diusung oleh PDI-P.
Ganjar Pranowo meskipun sempat memperoleh hasil survei elektabilitas yang tinggi, namun PDI-P sebagai yang menaunginya masih belum bertindak tegas.
Dalam survei eksperimental yang dilakukan oleh SMRC, data dilapangan menunjukkan bahwa terjadi perubahan peta politik nasional jika Ganjar dicalonkan, khususnya oleh Partai Golkar.
“Bayangkan saja di semua survei kita dan survei lain menemukan bahwa PDI Perjuangan selalu nomor satu. Begitu Ganjar tidak ada lagi di situ, PDI Perjuangan yang kena, faktor Ganjar sangat kuat dan bisa mengubah peta politik nasional kita,” kata pendiri SMRC Saiful Mujani, dalam rilis yang ditayangkan di Youtube SMRC TV, Kamis (17/11/2022).
Saiful menjelaskan, survei eksperimentalnya mensimulasikan Ganjar dan Airlangga Hartarto jika diusung sebagai capres dari Golkar.
Pertama, jika Ketum Golkar Airlangga Hartarto dicalonkan, suara dari partai berlambang beringin itu tidak berubah signifikan, yaitu naik 2 persen dari 11 menjadi 13 persen.
“Tetapi, kalau Ganjar yang dicalonkan oleh Golkar, ada kenaikan cukup signifikan. Tadi dari 11 persen menjadi 17 persen. Itu berarti, (naik) kurang lebih 6 persen kan. Jadi, Ganjar bisa menaikkan suara Golkar, kalau Ganjar dicalonkan oleh Golkar,”
Kemudian, suara Gerindra menjadi yang paling teratas di antara partai politik lainnya yaitu 20 persen.
Saiful mengatakan, suara tiga partai politik ini menjadi hampir seimbang apabila Ganjar dicalonkan Partai Golkar.
“Posisinya sekarang, kalau Ganjar menjadi calon dari Golkar, peta kekuatan partai politik jadi berubah cukup total. Bayangkan, jadi Gerindra, PDI-P dan Golkar itu seimbang,” ucapnya.
“Yang tadinya PDI-P itu almost untouchable, hampir tak bisa disentuh. Tapi begitu Ganjar pergi ke Golkar, berbondong bondong ikut,” lanjut dia