Hubungan PDIP dan Partai Demokrat saat ini masih memanas. PDIP mempunyai dua calon potensial yaitu Puan Maharani dan Ganjar Pranowo.
Sementara Demokrat dinilai menginginkan terwujudnya duet Anis-AHY melalui penjajakan koalisi dengan PKS dan Nasdem meskipun ada hambatan-hambatan politik yang belum disepakati.
Menanggapi hal itu, Analis Politik dan pendiri Indonesia Political Power Ikhwan Arif mengatakan, hambatan Ganjar Pranowo sebagai bakal capres semakin berat dari bursa capres PDIP. Nama Puan semakin santer di pusat kekuasaan elit PDIP.
“Yang menjadi hambatan terbesar bagi Ganjar Pranowo adalah, pertama faktor loyalitas terhadap partai, meskipun namanya masuk dalam radar bursa capres di partai politik lain, Ganjar tetap patuh menunggu keputusan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri disaat nama pesaingnya Puan Maharani semakin santer di tingkat elit PDIP,”ujarnya, Selasa (27/09/2022).
Di lain sisi rivalnya Anis tidak memiliki beban partai politik karena non partai atau bukan bagian dari kader partai politik. Kedua, hambatan terbesar bagi Ganjar Pranowo adalah masih menduduki kursi Gubernur Jawa Tengah, dibandingkan Anis Baswedan yang sudah purna tugas dari kursi Gubernur DKI Jakarta sehingga tidak ada hambatan bagi Anis untuk terang-terangan menyatakan sikap untuk maju di 2024.
Menurut Ikhwan Arif, tiket pencapresan PDIP semakin mengerucut ke Puan Maharani dan semakin jauh dari nama Ganjar Pranowo. Sedangkan rivalnya Anis Baswedan dinilai sedang menikmati irama koalisi partai politik sebab lebih leluasa melakukan penjajakan politik ke partai-partai koalisi lain.
“Proses konsolidasi partai politik berada pada tahap distribusi kepentingan politik menuju kematangan dimana elit politik PDIP sudah mengerucutkan ketokohan Puan Maharani sebagai capres dibandingkan Ganjar Pranowo,”ungkapnya.
Menurutnya, antara Puan dan Ganjar keduanya merupakan representasi pilihan politik yang berbeda. Ganjar Pranowo lebih cenderung merupakan capres pilihan politik dari sejumlah relawan politik, beda halnya dengan Puan Maharani yang dinilai sebagai representasi pilihan politik partai PDIP.
“Sebaliknya rivalnya Anis Baswedan dinilai sedang menikmati irama koalisi partai politik sebab lebih leluasa melakukan penjajakan politik ke partai-partai koalisi lain” ungkap Ikhwan.